aiwankisra

JALUR KERETA MAUT MUARO SIJUNJUNGDI MAAFKAN TIDAK UNTUK DILUPAKAN

Pariaman, 11 november 2009

Hari ini benar benar hari yang melelahkan. Setelah bekerja penat seharian maka aku putuskan untuk tidak kemana mana malam ini. Selain disini juga tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan diluar pada malam hari dan juga karena badan ini telah terasa tidak bisa digerakan lagi. Ngilu karena kecapaian. Maka kuputuskan untuk Online saja di internet. Dunia bebas dimana setiap orang punya hak untuk hidup, bersuara lantang atau juga tempat dimana setiap orang bisa leluasa melepaskan kegerahan hati.” Ya, aku online saja, toh di internet semua juga ada walaupun dalam bentuk tulisan dan bayangan,” pikirku. Dimulai dengan mengecek email, dengan browser Chrome yg memang menjadi favoritku, memeriksa koneksi Speedy serta mengecek status di Facebook. setidaknya ada 10 notification yang tampil di sebelah kanan bawah monitor acer 17 inchi ini. ada pesan di Wall ku. Olga.W has writing some on your wall. Olga? Oh iya, aku baru ingat miss Olga adalah salah seorang teman dan pemerhati sejarawan di belanda. Saya berteman dengan beliau beberapa bulan yang lalu, ketika saya mengunjungi situs miliknya. Situs yang berisi tentang sejarah orang orang belanda yang pernah menetap di padang pada masa lampau. Mereka (Belanda)memang telah lama hengkang dari republik ini, namun begitu banyak meniggalkan jejak tak terhapus. Baik yang buruk atau pun yang baik

Dimasa pemerintahan koloni dimana negara negara yang hanya sebesar kabupaten Bandung itu menguasai sebuah negeri seluas benua eropa dan terletak begitu jauh di timur. Negeri itu adalah indonesia yang dahulu dikenal sebagai negeri surga oleh para pelancong dari daratan eropa sehingga menggoda mereka untuk memiliki setiap jengkal tanah negri ini.Setiap pulau laut dan daratan belanda yang notabene nya sebagai penguasa daerah jajahan ( pada waktu itu disebut Nederland Indie ) mendirikan pemerintahan. Di wilayah perkotaan belanda membangun berbagai fasilitas penunjang untuk kelancaran pemasukan kas bagi kerajaan mereka, Seperti kantor, bank, rumah sakit, barak militer, pelabuhan, sisitem transportasi jalan dan jembatan. Selain itu juga dibangun sarana pendidikan tingkat dasar(HIS), pemerintah Belanda juga mendirikan lebih banyak sekolah lanjutan umum (MULO), sekolah-sekolah kejuruan (Ambachtsschool), sekolah keguruan (Kweekschool dan Normaalschool) Kweekschool di Bukittinggi dikenal dengan nama “Sekolah Rajo”, dan berbagai jenis sekolah tinggi (STOVIA, Rechtschool, dst) yang diperuntukkan bagi penduduk pribumi. Dan di daerah pedesan dan tempat terpencil di buat lah post post Belanda berikut kantor dan staff administrasi daerah yang kebanyakan di ambil dari rakyat pribumi. Ini bertujuan agar pemerintah belanda leluasa dalam mengatur setiap negri dan desa desa sehingga segala pendapatan mereka dari hasil bumi dan pajak lancar.

Begitulah secara singkat saya paparkan sedikit tentang peranan mereka orang orang belanda memainkan politik dagang koloni nya untuk mengambil hasil bumi dari rakyat ini. Sebenarnya lebih banyak cerita yang bisa saya ungkapkan disini tentang sejarah mereka baik dari buku yang pernah saya baca, atau pun dari kisah orang tua tua saya dahulu.

Mouse Pointer yang berbentuk panah itu saya gerakan ke arah inbox. Rupanya permintaan ku dibalas oleh miss olga. Beliau mengirimkan sebuah gambar yang kemarin aku minta. Foto lama sebuah bangunan tua sebesar ruko. Hotel ambacang pada tahun 1910. Dari situs nya Miss olga aku tahu bahwa dia ingin sekali memaparkan tentang kota padang pada zaman belanda karena disitusnya juga dipajang foto-foto bangunan beserta riwayat nya. Ada juga silsilah tentang orang orang belanda yang bekerja berikut keluarga dan keturunannya. Saya rasa dia termasuk salah seorang dari cucu sebuah keluarga belanda yang menetap di kota Padang. Dalam hati saya gembira dapat copian foto ini. Karena foto foto sejarah padang di kota asalnya sendiri masih sangat jarang untuk bisa didapat. Saya harus bersusah payah untuk dapat menemukannya kembali walaupun dalam bentuk softcopy atau digital. Biasa nya foto foto sejarah beserta dokumen yang tinggal telah disimpan dalam arsip Negara (ANRI) atau yang lebih lengkap di telusuri hingga ke negeri belanda. Memang, saya hobi mengumpulkan segala hal yang berkaitan dengan sejarah. Baik itu catatan, dokumen, gambar diam atau gambar bergerak. Khususnya tentang negeri saya minangkabau. Ada kenikmatan tersendiri ketika melihat sebuah literature tua atau photo usang yang bertanggal sebelum orang tua saya lahir. Ketika melihat itu saya merasa ada semacam (sesuatu) yang menarik saya untuk berada di masa lampau. Ada sedikit de javu. jika saya melihat atau membaca sebuah dokumen tua, saya merasa ikut dalam cerita itu. Saya merasa saya dilahirkan, berjalan bercakap cakap dan bersosialisasi dengan kejadiannya. Saya seperti terhisap sebuah mesin waktu. Memang hobi saya ini bisa di kategorikan aneh dan mungkin sangat jarang bagi pemuda seusia saya menyukai hal ini. Entah kenapa awalnya saya menyukai ini saya juga tidak tahu. Mungkin karena dari kecil saya sering disuguhkan cerita cerita masa lampau oleh nenek, orang tua dan mamak (paman/saudara ibu) menjelang saya tidur atau selepas pulang mengaji sore. Dan saya sangat menyukainya.

Ingatan akan sejarah membuat ku kembali tenggelam dengan masa lalu. Dimana dahulu saya dan beberapa orang teman pernah membuat sebuah karya berbentuk film documenter yang pada awalnya adalah untuk diikutsertakan dalam lomba Film dokumenter tentang sejarah dan budaya di Pekan Budaya Sumatera Barat 2009. Awalnya saya dan salah seorang kawan (Sandi) yang juga memiliki ketertarikan tentang sejarah, berencana mengangkat salah satu tema sejarah minangkabau yang layak dan bagus untuk di angkat menjadi sebuah film documenter. Maka Kami mulai mencari, usul demi usul pun mengalir. Awalnya di dapat ide untuk mengangkat salah seorang Tokoh minangkabau masalalu, Angku Salih. Salah seorang tokoh agama yang sangat terkenal di daerah Padang dan Pariaman. Setelah mencari kesana kesini , dan bertanya pada orang orang tua yang mengenal beliau semasa beliau masih hidup, atau pun Cuma cerita yang di tinggal kan oleh orang orang yang sezaman dengannya. Lelah dan penat serta kendala tak jadi soal, begitu tekad ku di awal pencarian tentang riwayat kehidupan beliau. Pencarian di internet nihil, berbanding lurus dengan pengumpulan datanya. Masalahnya kebanyakan orang tua tua sekarang hanya tahu sekilas saja tentang beliau atau sebagian malah tidak tahu sama sekali. Padahal banyak dari mereka memajang fotonya yang katanya bisa sebagai penglaris atau penolak bala!.heeyyy… ada apa ini? Oleh karena kami kekurangan data dan bahan serta tidak adanya dokumen resmi tentang beliau yang bisa dipertanggung jawabkan, maka ide ini kami pending dahulu.

Aku kemudian mulai memikirkan kembali, mencoba mencari ide baru apa yang bisa di angkat untuk film ini. Yang aku inginkan sebenarnya sederhana. Yaitu mengangkat sebuah tema sejarah atau budaya yang di minangkabau (orang minang?) sendiri mulai hilang dan terlupakan. Maka mulailah kepala ini sakit memikirkannya, mata pun mulai terasa berkunang kunang(penuh dengan bintang-bintang ceria)karena terlalu sering melihat monitor. Aku kemudian mulai bertanya pada diri sendiri apa memang sampai begitu bodoh nya bangsa ku sehingga melahirkan orang orang seperti kami yang sampai sekarang tidak sanggup memelihara sejarah dalam pengetahuan dan kehidupan kami sendiri? Apakah setiap sejarah itu meskipun pahit tidak harus dikenal generasi sesudahnya? Bagaimana nanti orang orang yang mencoba bertanya seperti aku ini menanyakan, tetapi tiada jawaban? Ah, aku pun gerah.

Mungkin memang setiap sejarah dinegriku ini dikaburkan oleh orang yang terlibat didalamnya dengan alasan agar tidak menjadi cacat suatu bangsa, agar tidak diulangi lagi oleh anak cucu jika sejarah itu sendiri terlukis amat buruk, atau jika sejarah kegemilangan, beramai ramai lah mereka mencatat kan diri dalam prasasti agar dikenal namun waktu berkata lain,karena zaman sekarang sejarah kegemilangan suatu kaum tak lebih dianggap sebuah nostalgia masa lalu. Manusia sekarang tak banyak yang menganggap apa yang di lakukan oleh orang orang sebelum mereka itu adalah suatu kerja keras, mereka tak tahu. Yang mereka tahu hanya simbolis belaka dengan sederet angka angka. “Andaikan bisa aku akan….ahhhh…tiada lagi andaikan…setumpuk pekerjaan sekarang menggunung di kepalaku.

Sedang di keadaan antara setengah sadar (kemungkinan besar : Lapar) setelah tergolek untuk beberapa saat lamanya maka aku di panggil Apa (panggilan untuk orangtua laki-laki ku) untuk membersihkan kertas kertas koran yang menumpuk di depan pintu. Aku berjalan snewen karena panggilan Apa membuatku bangun tanpa pemanasan. Aku membersihkan Koran dengan mata terpicing sebelah menahan derita akibat kantuk yang belum hilang. Suratkabar lusuh terbitan beberapa bulan lalu itu kemudian satu persatu ku susun, helai demi helai karena ada beberapa lembar yang lembab. Di antara keadaan setengah teleang mataku sempat tertuju pada sebuah artikel yang berjudul “Orang rantai”. Ditulis oleh Matias Pandoe. Jika dilihat dari photo sang penulis yang terpampang di sebelah kiri artikel sepertinya sang pengarang sudah berumur kepala lima.atau sudah menginjak usia senja. Satu persatu kata ku baca masih dalam keremangan penglihatan dan kehilangan pangana. Mataku mulai melek, dan perasaan ingin tahu kemudian menghinggapi, menghantam kehebatan rasa kantuk yang sejak tadi masih betah dalam diriku. Rupanya artikel tersebut menceritakan tentang penderitaan penulis ketika semasa menjalani hukuman kerja Romusha di Logas. Logas? Aku bergumam dan mengeja kata itu lagi. Kata yang asing tapi sepertinya aku pernah mendengar kata tersebut namun dimana siapa dan kapan aku tak ingat. Oh Logas?urang awak manyabuik kanay Loge mah”. Suara Apa menyambut gumaman ku. Ternyata Apa tanpa sepengetahuanku memperhatikan sejak tadi. Mendengar Apa berbicara seperti itu seketika perasaan kegembiraan meletup dan meluap bagai kan lahar mengaliri sekujur tubuhku. Seperti menemukan sebuah mutiara yang hilang, kulipat lembaran koran dengan hati hati dan kusimpan dalam lipatan sarung yang sejak tadi kukenakan dan lembaran lain nya kumasukkan dalam plastik asoy. Tak ada perasaan begitu gembira setelah bangun tidur sejak hari ini.

2 Responses
  1. Jingga Says:

    bg... tulisannyo... pjng Plus Ketek....
    Tolong di perbesar sedikit...


  2. aiwankisra Says:

    selamat!bagimu adinda gadis malang menjadi yang pertama memberikan komentar disini...maka anda berhak dengan hadiah satu lembar sajadah sepanjang tiga belas meter...cocok dipakai bersama keluarga!hehehe

    iyo sih...panjang mungkin krn emang panjang!...
    kalo di pa gadang tulisannyo apo ndak tambah panjang tuh?

    tu makonyo abg lamo memposting blog ko mah la...abang kalo menulis musti lengkap deskripsi jo narasinyo agar pembaca jaleh...

    beko di pagadang...
    thanks lha...


Posting Komentar